no fucking license
Bookmark

KH. Moh. Irsyadul Anam: Pejuang Sunyi dari Megaluh dan Warisan Dakwah yang Terus Menyala

KH. Moh. Irsyadul Anam: Pejuang Sunyi dari Megaluh dan Warisan Dakwah yang Terus Menyala

Megaluh,lesbumi pc nu Jombang – Di antara hamparan sawah dan perkampungan yang tenang di Kecamatan Megaluh, tersembunyi kisah perjuangan seorang ulama besar yang pengaruhnya menembus batas ruang dan waktu. KH. Moh. Irsyadul Anam, nama yang mungkin tak sering terdengar di media nasional, namun telah menorehkan jejak kuat dalam sejarah dakwah dan pendidikan Islam di Jombang.

Dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan istiqamah, KH. Irsyadul Anam tidak hanya mendidik masyarakat Megaluh secara spiritual, tetapi juga membangun landasan pendidikan yang kokoh. Barisan penerus beliau, seperti KH. Bachrun Said, KH. Salaman dari Turipinggir, dan KH. Mu’in dari Santren, merupakan bukti bahwa estafet perjuangan dakwah telah dijaga dan dilanjutkan dengan penuh dedikasi.

Pengajian Rutin dan Pembinaan Umat

Setiap pekan, masyarakat dari berbagai desa seperti Gebang, Bunder, Pulo Krangkong, hingga Sudimoro, berbondong-bondong mengikuti pengajian rutin yang beliau pimpin. Majelis ini tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tapi juga ajang pembinaan akidah dan penguatan akhlak masyarakat.

Pengajian mingguan ini menjadi napas dakwah yang hidup, menyentuh kalangan bawah dan meneguhkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah perubahan zaman, semangat beliau dalam menyampaikan ilmu tetap terasa melalui kegiatan-kegiatan yang terus digiatkan oleh keturunannya.

Dihormati Ulama Besar dan Mewariskan Pendidikan

Perjalanan KH. Irsyadul Anam tidak berhenti di Jombang. Ia dikenal dan dihormati oleh para pendiri Nahdlatul Ulama seperti Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Syansuri, dan KH. Wahab Hasbullah. Diskusi-diskusi beliau dengan para ulama besar ini menandai bahwa kiprah dan pemikirannya turut mewarnai arah perjuangan Islam di Indonesia.

Warisan KH. Irsyadul Anam tidak hanya berupa nilai dan keteladanan, tetapi juga lembaga-lembaga pendidikan yang masih eksis hingga kini, seperti Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Megaluh, MA dan MI Mamba’ul Ulum, MTsN 14 Megaluh, serta Madrasah Diniyah Mamba’ul Ulum. Lembaga-lembaga ini menjadi pilar penting dalam membentuk generasi yang cerdas, religius, dan cinta tanah air.

Estafet Dakwah Diteruskan Generasi Muda

Kini, semangat dakwah KH. Irsyadul Anam diteruskan oleh cucunya, Agus Wahid Purnama Jaya bin Kiai Rosyadul Ibad, alumni Pondok Pesantren Darul Falah Krian. Ia memimpin pengajian fiqih setiap hari Senin ba’da Dzuhur, serta kegiatan khususiyah “Jamu Taqwah Undar” setiap Selasa Kliwon. Kegiatan ini menjadi perekat spiritual dan sosial yang menghidupkan kembali semangat keilmuan serta mempererat ukhuwah.

Menurut Kiai Masrur, cucu beliau lainnya, dakwah tidak harus dilakukan dengan sorotan kamera dan mikrofon besar. Justru dalam kesunyian dan keikhlasan, perjuangan sejati dilahirkan dan terus dikenang.

Menjaga Nilai, Menyalakan Cahaya

KH. Moh. Irsyadul Anam adalah contoh nyata bahwa kekuatan dakwah tidak selalu tampak di permukaan. Ia memilih jalur senyap namun berdampak, mendidik dengan hati, dan membangun peradaban dari akar rumput. Warisan beliau tidak hanya hidup dalam bangunan pesantren, tetapi dalam sikap masyarakat Megaluh yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, kesederhanaan, dan keteladanan.

Sebuah perjuangan sunyi yang tak padam, yang hari ini menjadi suluh bagi generasi baru, dan akan terus menyala hingga masa depan.

Penulis : Mif
Sumber :Kiyai.masrur 


Posting Komentar

Posting Komentar