MUI Jombang dan Lesbumi NU Gelar Diskusi Budaya: Menggali Kearifan Lokal dalam Bingkai Keislaman
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang bekerja sama dengan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) menggelar diskusi budaya bertema “ Harmonisasi ,Keimanan dan Keindahan dalam kesenian Islam”, di kedai rebung pring ori yang ada di Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang , Sabtu (7/9/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan budayawan, tokoh agama, akademisi, serta pegiat seni budaya dari berbagai kecamatan di Jombang. Diskusi ini bertujuan menggali dan menguatkan nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat Jawa Timur, khususnya Jombang, agar tetap lestari di tengah tantangan modernisasi.
Ketua MUI Jombang, KH Affifuddin Dimyathi atau Gus Awis, Ketua DP MUI Jombang
dalam sambutannya menyampaikan pentingnya sinergi antara ulama dan budayawan dalam menjaga jati diri bangsa.
“Budaya dan agama bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan. Justru, melalui pendekatan budaya, nilai-nilai Islam dapat disampaikan secara lebih humanis dan membumi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Lesbumi NU Jombang, Ir. H. A. Su'udi Yatmo menegaskan bahwa tradisi lokal seperti selametan, tahlilan, dan wayang kulit memiliki nilai filosofis yang sejalan dengan ajaran Islam.
“Lesbumi berkomitmen menjaga tradisi yang menjadi warisan leluhur, karena di sanalah ruh keislaman ala Nusantara berakar,” katanya.
Diskusi budaya ini menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, antara lain:
- Dr ahmad faqih ketua komisi fatwa MUI Jombang
- Sadad al Mahiri dari Lesbumi NU
- Dian Sukarno Lembaga Pengembangan seni Muhamadiyah
- Gus Adib dari Dewan Kesenian Jombang
Acara berlangsung interaktif dan hangat. Peserta menyampaikan berbagai pertanyaan dan pengalaman terkait bagaimana budaya bisa menjadi media penyebaran dakwah yang efektif tanpa kehilangan ruh keislaman.
Di akhir acara, panitia menyepakati untuk menjadikan diskusi budaya ini sebagai agenda rutin bulanan. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi ruang kolaborasi antara tokoh agama, seniman, dan masyarakat dalam merawat budaya sekaligus memperkuat identitas keislaman.
Posting Komentar